Minggu, 05 Februari 2017

Dhalang dari desa Gombang,Sawit,Boyolali

KI JUNGKUNG DARMOYO. S.Sn.


Jungkung Darmoyo, Lahir Boyolali, 24 Desember 1964, merupakan sosok yang jasanya tidak bisa dilupakan begitu saja dalam membangun dan mengabdi dalam karawitan Jawa. Peranan besar yang telah dilakukan, terutama dalam hal berprofesi sebagai dalang. Namun tidak terpungkiri. Peran dan kontribusi terhadap perkembangan kesenian, salah satunya karawitan. Sangat berdampak luas terhadap lingkup khalayak seniman lainnya. Jungkung Darmoyo dari kecil sudah banyak di gembleng oleh bapaknya Ki Mujoko Joko Raharjo tentang kesenian Jawa. Ki Mujoko Joko Raharjo yaitu pimpinan paguyuban Ngripta Laras pada 1959Bapak Jungkung darmoyo yaitu juga salah satu anggota dari paguyuban karawitan Condong Raos.
Peran dan kontribusi Jungkung Darmoyo terhadap karawitan jawa, salah satunya dalam mengembangkan dan berkarya dalam membuat gending-gending baru banyak diminati oleh masyarakat. Jungkung Darmoyo merupakan anggota paguyuban karawitan Ngripta Laras dari Gombang, Sawit, Boyolali.
Jungkung Darmoyo sebagai sosok yang dipanuti oleh masyarakat akan karya-karya dan sastra yang baik, maka penulis memilih topik ini sebagai pengetahuan dan wawasan untuk pribadi penulis dan khalayak, karena penulis berharap penggemar tidak hanya tau tentang karya-karyanya yang telah diciptakan, Namun masyarakat harus tau tentang peranan besar Jungkung darmoyo terhadap kesenian Jawa terutama Karawitan.

PROSES KESENIMANAN

Terlahir dari seorang seniman Jawa, Jungkung Darmoyo merupakan salah satu sosok yang pengabdian keseniannya sangat kuat. Dari kecil Jungkung Darmoyo sudah sedikit mengenal apa itu karawitan, karena pendidikan non-formal yang telah dia dapat dari bapaknya sendiri sangat berpengaruh akan ketertarikan Jungkung Darmoyo menjadi seorang seniman, terutama seniman Jawa.
Banyak gemblengan – gemblengan dari bapaknya tentang seni pedalangan dan karawitan, telah beliau asah dengan baik. Namun, rasa puas tidak akan pernah habis, rasa ingin tau Jungkung Darmoyo tentang kesenian Jawa sangat besar. Ketika lulus SMP, Jungkung Darmoyo melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Surakarta tahun 1982, mengambil jurusan pedalangan, melanjutkan sekolah di bidang kesenian, Jungkung Darmoyo yakin akan lebih tau tentang wawasan dan pengetahuan seni yang Jungkung Darmoyo pelajari. Karena teknik dan teori di luar tembok kampus dan di dalam tembok kampus sangat berbeda, walaupun kenyataan semua banyak diterapkan di luar tembok kampus.
Selama menempuh pendidik di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Surakarta, setiap hari Minggu Jungkung Darmoyo mengikuti kursus untuk belajar pedalangan di sanggar yang telah bapaknya dirikan di Dlimas, dan bapaknya sendiri juga menjadi pengajar di sanggar tersebut. Disamping itu, ketika tidak bersangkutan dengan sekolah maupun sanggar, Jungkung Darmoyo setiap mengulangi pelajaran yang telah didapatkan di sekolahan, yaitu dengan mempelajari sendiri teori – teori yang didapat di sekolahan, lalu mendengarkan dan praktek.
Setelah Jungkung Darmoyo lulus dari SMKI tahun 1986, lalu tidak hanya berhenti begitu saja rasa penasaran dan ingin tau yang besar tentang kesenian Jawa, kemudian Jungkung Darmoyo bersikap keras untuk melanjutkan pendidikannya menuju jenjang yang lebih tinggi. Jungkung Darmoyo kemudian memutuskan untuk kuliah di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Yogyakarta, mengambil jurusan karawitan. Banyak pengalaman tentan kesenian formal dan non-formal yang didapatkan Jungkung Darmoyo dalam perjalanan hidupnya. Jungkung Darmoyo lulus kuliah di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Yogyakarta pada tahun 1992.


PILIHAN PROFESI SEBAGAI SENIMAN

            Dalam menjalani profesinya sebagai seniman Jawa, Jungkung Darmoyo banyak dukungan dan dorongan total dari keluarga dan lingkungan. Dorongan  yang diberikan terhadapnya begitu besar akan profesi yang Jungkung Darmoyo lakukan. Karena rasa tanggung jawab yang telah diberikan bapaknya terhadap Jungkung Darmoyo atas pengabdian dalam berkesenian sangat besar.
Dari kecil dan awal Sekolah Dasar (SD), Jungkung darmoyo sudah  menekuni berbagai kesenian Jawa terutama pedalangan dan karawitan. Dalam perjalanan Jungkung Darmoyo sebagai siswa di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Surakarta dan Mahasiswa di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Yogyakarta, banyak suka duka yang di alami, contohnya dalam tuntutan mencari materi atau bahan perkuliahan dan dalam proses yang terkendala dengan waktu, karena menurut Jungkung Darmoyo dalam proses belum pasti mengarah ke pekerjaan.
Terkadang Jungkung Darmoyo mengalami masa-masa sulit dalam mengolah ilmu akan berkeseniannya, salah satunya mengalami masa kejenuhan, karena belajar kesenian yang dialami Jungkung Darmoyo kebanyakan belajar sendiri. Karena muara dari belajar itu adalah pentas, dan pentas itu belum tentu. Menurut Jungkung Darmoyo itulah kendala yang paling besar yang dihadapi ketika perjalananya dalam berkesenian. Namun tidak selalu mengalami masa sulit yang di alami Jungkung Darmoyo, Ketika kebangkitan itu muncul akan datangnya Job (pentas). Pentas-pentas tersebut yang mempengaruhi Jungkung Darmoyo untuk bangkit dan semangat melakukan profesi yang dilakukannya.
Setelah lulus dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Yogyakarta pada tahun 1992, Jungkung Darmoyo mengikuti jejak bapaknya dan ikut serta dalam paguyuban karawitan Ngripta Laras. Ketika ada pentas-pentas karawitan dan wayang, Jungkung Darmoyo ikut nabuh (memainkan gamelan). Paguyuban karawitan Ngripta Laras tersebut, termasuk paguyuban karawitan yang di pimpin oleh Ki Mujoko Joko Raharjo yang termasuk bapaknya Jungkung Darmoyo sendiri.


PERAN / KONTRIBUSI JUNGKUNG DARMOYO  TERHADAP PERKEMBANGAN KESENIAN

            Setelah apa yang dijalani Jungkung Darmoyo selama ini,dari kecil sampai lulus kuliah di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Yogyakarta pada tahun 1992. Disitulah peran tanggung jawab Jungkung Darmoyo sangat besar dalam mengembangkan kesenian jawa dan melestarikannya, karena faktor-faktor sosial yang mungkin menjadi salah satu beban yang dialami Jungkung Darmoyo untuk melakukan profesinya sebagai seorang seniman Jawa.
            Ketika Ki Mujoko Joko Raharjo bapak dari Jungkung Darmoyo tersebut, meninggal dunia, pimpinan Paguyuban karawitan Ngripta Laras di alihkan kepada Jungkung Darmoyo, untuk menjadi pimpinan baru, dan menjaga, melestarikan nama paguyuban karawitan Ngripta Laras untuk lebih Eksis di kalangan masyarakat terutama di dalam kesenian karawitan Jawa.     Dengan berputarnya waktu dalam berkeseniannya, Jungkung Darmoyo mampu mendapatkan prestasi-prestasi dan penghargaan dalam dunia kesenian yang di tekuni selama ini. Berbagai prestasi dan penghargaan Jungkung Darmoyo yang telah dapatkan yaitu :
1.      Penghargaan dari Walikota Semarang, Atas Kemajuan Masyarakat Dan Pemerintah Kota Semarang “Di Bidang Kesenian”. Semarang, 2007, H. Sukawi Sutarip, SH,. SE.
2.      Juara Iringan Ketoprak No. 1, di Timasan (di tempat Ki Anom Suroto)
3.      Penghargaan Diesnatalies, Menjadi “Dalang Seri Bratayudha”, di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
4.      Penghargaan Hari Wayang Dunia 2016, di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
5.      Duta Seni Pelajar Boyolali Tahun 2013 – 2016
·         2013 di Perancis dan Itali
·         2014 di Kanada dan USA
·         2015 di Hongkong, China dan Jepang
·         2016 di Rusia dan Dubai
Duta Seni Pelajar Boyolali 2017 yang akan datang, masih dalam proses yang akan Jungkung Darmoyo lakukan juga. Di dalam Duta Seni Pelajar Boyolali tersebut, Jungkung Darmoyo sangat berperan besar dalam kontribusi kesenian yang akan dibawa ke negara-negara yang akan di datangi. Kontribusi Jungkung Darmoyo tersebut salah satunya, pengenalan kesenian karawitan terhadap masyarakat dari luar negeri maupun masyarakat dalam negeri, terutama pelajar yang akan di kirim ke luar negeri, misal tentang rasa, nama – nama alat musik karawitan.
Walapun kebanyakan yang di kirim untuk Duta Seni Pelajar Boyolali itu seni Tari, namun tidak meninggalkan tentang seni karawitan, karena sebuah iringan/musik seni Tari itu berkaitan dengan seni Karawitan, disitulah Jungkung Darmoyo berperan besar dalam karawitan. Jungkung Darmoyo bukan hanya sekedar mengenalkan seni karawitan saja, namun Jungkung Darmoyo berperan untuk membuat iringan/musik Tari Duta Seni Pelajar Boyolali tersebut.
Bukan hanya penghargaan/prestasi yang Jungkung Darmoyo dapatkan, kontribusi untuk kesenian yang telah dilakukan Jungkung Darmoyo sangat banyak, inilah berbagai kontribusi Jungkung Darmoyo terhadap kesenian :
1.      Melatih karawitan di Puskesmas Sawit, Boyolali
2.      Melatih karawitan Ibu-ibu PKK, (Paguyuban Karawitan Setyo Laras), di Gombang, Sawit, Boyolali.
3.      Melatih karawitan Bapak-bapak, (Paguyuban Karawitan Among Laras), di Gombang, Sawit, Boyolali.
4.      Melatih karawitan di Sekolah Dasar (SD) Mungup 1, di Gombang, Sawit, Boyolali.
5.      Menjadi Juri karawitan, di Pengopo Ageng Balai Kota Klaten dan di Gedung RSPD Klaten.
6.      Menjadi Juri Mocopat, tingkat SD, SMP, SMK di Boyolali, 2013.
7.      Menjadi Juri Pedalangan Padat Se-Jawa Tengah, di Pendopo Ageng Taman Budaya Surakarta (TBS), Jawa Tengah.
8.      Membuat Iringan/musik Tari Ramayana, di Prambanan tahun 1989.
9.      Membuat Iringan/musik Tari dari Yoyakarta, di Taman Mini, Jakarta.
10.  Membuat Iringan/musik Wayang dengan dalang Ki Purbo Asmoro, tahun 2000. Di Nganjuk, Jawa Timur.
11.  Pentas Wayang Kulit dengan cerita “Kresna Duta” di stasiun TV Indosiar, di Jakarta.

Selain itu Jungkung Darmoyo juga memiliki naluri komponis yang kuat, naluri tersebut datang dari tradisi yang di tekuni selama perjalanannya di dunia kesenian. Di samping itu dalam kontribusinya terhadap kesenian terutama karawitan, dengan dukungan naluri komponis yang ada, terutama karawitan, Jungkung darmoyo membuat karya-karya yang berwujud Gending-gending, Jineman, Ladrang, Ketawang, Srepeg, Lancaran dan Langgam. Karya- karya tersebut telah melangkah masuk menuju dapur rekaman yang di dukung dan di produksi oleh “Aini record” dari Nganjuk, dan karya-karya tersebut sudah di produksi di pasar-pasar tertentu.
Karya yang telah diciptakan oleh Jungkung Darmoyo antara lain :
·         Laras Wangi, Jineman, Laras Slendro, Pathet Sanga.
·         Ha Na Ca Ra Ka, Lancaran, Laras Pelog. Pathet Barang.
·         Bersih Desa, Lancaran, Laras Pelog, Pathet Nem.
·         Sabda Pujangga, Langgam, Laras Pelog, Pathet Nem.
·         Sesanti, Ladrang, Laras Pelog, Pathet Nem.
·         Mbok Yo Eling, Ladrang, Laras Slendro, Pathet Nem.
·         Nuju Prana, Ladrang, Laras Slendro, Pathet Sanga.
·         Mbangun Jiwa, Ladrang, Laras Slendro, Pathet Barang.
·         Bojana, Jineman, Laras Slendro, Pathet Manyura
·         Kembang kecubung, Jineman, Laras Pelog, Pathet Nem.
·         Ajining Diri, Lancaran, Laras Pelog, Pathet Nem.

Seperti yang telah disampaikan di atas, mengenai tanggapan dan pandangan masyarakat terhadap kontribusi yang telah dilakukan Jungkung Darmoyo dalam berkesenian sangat berpengaruh terhadap Jungkung Darmoyo, karena beban dan tanggung jawab besar terhadap sosial atau masyarakat harus di lakukan Jungkung Darmoyo sebagai seorang seniman.
Mengenai tanggapan/pandangan masyarakat seni atau non-seni pasti ada tanggapan/pandangan positif maupun negatif terhadap kontribusi yang telah dilakukan Jungkung Darmoyo selama ini. Ketika di lihat dari masyarakat seni, banyak tanggapan dan dorongan untuk Jungkung Darmoyo lebih meningkatkan kreatifitasnya, maupun banyak memberi tanggapan positif untuk mendukung melanjutkan karyanya. Namun ketika di lihat dari masyarakat non-seni, ada yang berpandangan positif maupun negatif.
Akan tetapi dari masyarakat non-seni kebanyakan mampu menerima kontribusi Jungkung darmoyo dalam berkesenian. Contohnya masyarakat non-seni bisa menerima karya-karya yang telah diciptakan Jungkung Darmoyo, dan memberikan pujian selama Jungkung Darmoyo berkarya. Di sisi lain ada tanggapan negatif dari masyarakat non-seni yang di bilang itu merusak dan tidak taat pada aturan, namun Jungkung Darmoyo tetap menampung tanggapan/padangan negatif maupun positif masyarakat tersebut, sikap yang diberikan Jungkung Darmoyo kepada masyarakat yang beranggapan negatif tersebut, karena berkesenian itu bebas dalam arti berkreatifitas dan mengembangkan, bukan merusak ataupun lepas dari aturan. karena dari tanggapan itulah, Jungkung Darmoyo bisa lebih maju dan berkembang dalam berkarya.
PENUTUP

Kesimpulan

Setelah penulis melakukan wawancara yang bersangkutan langsung terhadap tokoh seniman yang menjadi bahan topik penulis, sangat berarti penting bagi penulis, karena Jungkung Darmoyo adalah sosok panutan yang sangat berperan besar terhadap karawitan, dalam mengembangkan dan berkreatifitas di dalam karawitan. Naluri berkesenian dan kerja kerasnya dalam melestarikan karawitan yang dilakukan seperti berkarya, melatih karawitan, sangat berpengaruh besar akan kedepannya dunia karawitan, dan disitulah Jungkung Darmoyo memberi contoh positif kepada masyarakat terutama masyarakat seni untuk lebih menjaga nama baik dunia seni di Indonesia terutama kesenian Jawa.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts